Januari 27, 2012

Kacamata Dipakai Kapan?

Banyak kabar yang berkata bahwa pada penderita myopia (rabun jauh) penggunaan kacamata minus justru merusak mata, atau setidaknya membuat mata menjadi lebih minus lagi. Yah, inilah yang kadang saya dengar – dan kadang juga dipertanyakan pada saya. Lalu apakah itu benar?
Singkat kata, “Tidak!” – tapi jika dengan setelah menggunakan kacamata minus, dan pandangan pasien makin makin kabur, dan minusnya bertambah – maka “Ya, itu mungkin terjadi”, tapi tentu saja bukan karena kacamatanya.
Pertama-tama, silakan baca tulisan saya tentang “Rabun Jauh” sebelumnya. Miopia tidak disembuhkan dengan kacamata minus, itu adalah hal pertama yang mesti dipahami, jadi kacamata bukanlah alat terapi. Dan miopia bisa menjadi kondisi yang progresif, terutama tipe aksialis, jadi saat ini minus 0,5 maka setahun lagi bisa menjadi minus 0,75 dan setahun kemudian menjadi minus 1,00. Tentu saja ini bukan karena kacamata, tanpa kacamata-pun minusnya akan bertambah terus, karena aksis bola matanya memanjang sementara daya refraksi tetap.
Jadi (misalnya) pada tahun ini bayangan jatuh 1,5 mm di depan retina saat melihat benda jauh, maka tahun depan akan jatuh pada jarak 2,0 mm di depan retina. Kenapa, karena retina mundur ke belakang (aksis memanjang) mengikuti pemanjangan bola mata. Tentu saja ini tidak berkaitan dengan kacamata.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Teori terkuat tentang hal ini karena faktor genetis. Jika saya tidak salah ingat (malas buka buku), Indonesia termasuk daerah di mana penduduknya mengalami kelainan refraksi dalam angka tinggi. Anak yang lahir dari kedua orang tua tanpa kelainan refraksi (dalam hal ini miopia) masih memiliki kemungkinan 20% untuk menderita kelainan refraksi pada masa kehidupannya; dari salah satu orang tua dengan kelainan refraksi maka kemungkinannya naik menjadi 40%, jika kedua orang tua memiliki kelainan refraksi maka kemungkinannya akan menjadi 80%. Jadi jika kedua orang tua menderita rabun jauh, maka ada kemungkinan besar anaknya juga menderita rabun jauh – tapi tentu ini tidak pasti. Itulah yang dimaksud genetis (mengingat hukum Mandel saat pelajaran Biologi di SMP/SMA).
Lalu kenapa dikatakan kacamata biang keladinya? Tentu saja, karena penderita miopia hidup normal, makan biasa, istirahat cukup, sehat, tapi satu-satunya intervensi yang ia gunakan adalah kacamata dan tiba-tiba minusnya bertambah saat periksa.  Siapa lagi yang akan kena getahnya coba?
Mereka berkata kacamata tidak menolong memperbaiki keadaan matanya. Nah, bukankah sudah disampaikan bahwa kacamata memang tidak memperbaiki kondisi miopia, namun sebagai media bantu refraksi, sehingga bisa melihat (diusahakan) seperti pada mata normal (emetrop).
Ada satu masalah yang sering terlupakan oleh penderita miopia. Yaitu kapan menggunakan kacamatanya. Saat berkendara atau kuliah misalnya, kacamata pasti digunakan karena jika tidak akan sulit melihat jauh ke depan. Tapi ketika membaca dekat, mengetik di komputer, biasanya orang dengan miopia akan melepas kacamatanya. Mengapa? Karena pasti rasanya mata jadi cepat perih dan lelah.
Begini ceritanya, ketika melihat jauh, mata tidak berakomodasi, mata normal akan bisa melihat jelas karena fokus bayangan jatuh tepat di retina. Tapi pada miopia, fokus berada di depan retina dan bayangan yang jatuh di retina menjadi kabur (tidak fokus). Dengan memasangkan kacamata minus, fokus bayangan dimundurkan sedemikian hingga tepat jatuh pada retina dan membentuk bayangan yang jelas.
Jadi penderita miopia akan melihat jauh dengan jelas. Tapi begitu ia melihat dekat saat menggunakan kacamatanya, apa yang terjadi? Fokus bayangan akan jatuh di belakang retina (mundur lagi), sehingga untuk memajukan kembali fokus agar tepat jatuh di retina, maka matanya melakukan akomodasi – mencembungkan lensa – yang memerlukan kerja otot-otot lensa mata. Bagi penderita miopia ini tidak nyaman, karena – ya seperti kerja otot lainnya – mata menjadi lelah dan perih.
Kemudian penderita miopia melepas kacamatanya, dan viola! pandangan matanya menjadi ringan. Karena bayangan membaca dekat tanpa kacamata minus, fokusnya akan tepat jatuh di retina. Sehingga terasanya nyaman tanpa perlu akomodasi, mata tidak lelah membaca dekat. Sesungguhnya ini seperti apa yang dirasakan mata normal saat memandang jauh (misal memandang pantai lepas).
Karena kenyamanan ini, penderita miopia bisa tahan membaca selama berjam-jam dan berada di depan monitor televisi maupun komputer berlama-lama. Bahkan orang tua pun kadang heran, anaknya malah betah lama-lama menonton televisi padahal matanya sudah minus – ya, karena bagi mereka tidak ada rasa lelah, bagaimana bisa lelah, otot akomodasinya istirahat semua.
Tapi tunggu dulu. Justru mata akan menjadi jarang terlatih untuk berakomodasi. Inilah penyebab orang miopia cenderung menderita gangguan akomodasi relatif di kemudian hari, karena otot-otot mata sangat jarang dilatih. Apa yang bisa terjadi? Ya, sebutan untuk mata yang sudah tidak dapat berakomodasi adalah presbiopia, atau mata tua. Memang semua orang akan mengalami presbiopia di kemudian hari, sama seperti otot-otot lain yang menurun fungsinya saat hari tua. Tapi pada penderita miopia yang tidak sering melatih akomodasinya, hal ini (presbiopia) bisa datang lebih awal.
Karena itulah, gunakan selalu kacamata minusnya pun ketika membaca atau mengetik di komputer. Memang mata akan terasa perih atau lelah. Tapi itu adalah tanda wajar dari mata yang lelah, artinya mata anda perlu istirahat, bukan terus-terusan di depan komputer atau di depan novel.
Hingga saat ini, setahu saya tidak ada cara untuk mencegah miopia, dan kacamata adalah salah satu cara untuk membantu mereka yang terkena miopia. Tapi saya mesti akui, saat ini ada kontroversi yang sedang terjadi.
Apa Anda pernah dengar tentang pinhole glasses? Atau disebut sebagai kacamata terapi untuk mata minus? Itu lho, kacamata yang seringkali warna hitam dengan banyak lubang-lubang kecil seperti lubang jarum. Konon itu bisa membantu menyembuhkan kondisi mata minus, apa itu benar?
Secara medis setahu saya, pinhole glasses tidak menyembuhkan mata minus. Tapi kenapa ini sangat digemari, padahal hanya ‘konon’ bisa menyembuhkan mata minus.
Saya tidak tahu pasti dari mana ide berasal, tapi ada seseorang yang bernama Donald S. Rehm yang mengawali ide “myiopia prevention”. Ia bahkan menerbitkan sebuah buku berjudul, “Myopia Myth” – mitos-mitos seputar miopia. Saya sendiri tidak membaca bukunya, tapi dari resensi yang ditampilkan di Wikibin.ORG, dalam buku itu Rehm menolak keras teori para ilmuwan yang menyatakan bahwa miopia adalah suatu kondisi yang diwariskan (genetis), melainkan merupakan sesuatu yang didapat (acquired) – oleh karena itu ia berpendapat bahwa myopia bisa dicegah. Mungkin idenya sama dengan jika kita bisa mendapatkan flu, maka kita bisa mencegahnya. Tampaknya juga presiden dari “International Myopia Prevention Association” juga ‘menyalahkan’ dokter yang meresepkan kacamata dan berkonspirasi hanya untuk mencari keuntungan dari penjualan kacamata bagi pasien mereka, dan justru kacamata merusak semakin merusak mata mereka. Mungkin begitulah yang tertulis di situs mereka myopia.org. Dan tentu akan membuat orang yang membaca syok, dan mulai bertanya-tanya atau menyalahkan dokter mereka.
Saya sendiri terperangah membacanya, tapi karena saya belajar berdasarkan bukti dan dasar ilmu pengetahuan kedokteran. Tentu saja saya menyadari betapa konyolnya hal ini – bukan konyol pada teori pencegahan myopia-nya, namun pada ide tentang konspirasi semua dokter. Semua dokter di seluruh dunia belajar tentang kacamata untuk mengatasi gangguan refraksi, bahkan walau dia dokter ahli kandungan atau dokter ahli jiwa sekalipun – dan kemudian orang percaya bahwa semua dokter di dunia telah menipunya dengan menyarankan menggunakan kacamata yang justru merusak, hanya agar para dokter dapat komisi? Jika Anda percaya semua dokter sedang membuat konspirasi besar untuk meraup keuntungan dari diri anda dengan meresepkan kacamata bisa jadi Anda mengidap paranoid, dan lebih memerlukan psikiater daripada dokter mata, haha. Tapi ya, saya ingin bertanya pada Anda, apakah Anda termasuk orang yang percaya pada hal ini?
Dan tentu saja sebagai ganti kacamata, Rehm menyarankan menggunakan pinhole glasses. Ini pun kontroversional, karena tidak terbukti secara klinis membantu perbaikan mata. Tapi justru menjadi laris di mana-mana, mungkin karena dikatakan bisa memperbaiki myopia yang tidak bisa dilakukan kacamata dokter.
Dokter juga menggunakan pinhole glasses tentu saja, tapi tidak untuk terapi, melainkan untuk menguji ada atau tidaknya kelainan refraksi. Dan jika terdapat kelainan refraksi, maka alternatif terapi atau intervensi medis dan risikonya masing-masing akan dijelaskan pada pasien, dan tergantung pasien akan memilih yang mana. Tidak menerima terapi pun adalah hak pasien.
Perlu diketahui bahwa kacamata dan pinhole glasses memiliki efek kerja yang sama, yaitu mendekatkan fokus ke retina. Hanya saja kacamata melakukannya melalui sistem refraksi (sebagaimana media refraksi mata bekerja), sedangkan pinhole glasses melalui pengecilan sumber cahaya, sehingga hanya cahaya dari sumber/objek yang masuk ke mata dalam garis lurus. Tapi jika untuk membaca pinhole glasses akan mengurangi kontras yang dihasilkan, sehingga mungkin tidak nyaman bagi beberapa orang, dan tentu saja berbahaya jika digunakan sebagai sunglasses karena sinar UV bisa masuk langsung ke mata melalui celahnya. Dan juga berbahaya digunakan saat mengendarai, bayangkan saja Anda menyetir mobil sambil mengintip.
Karena itu kacamata masih merupakan alternatif yang (lebih) baik bagi penderita miopia. Kacamata bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau bagi pelbagai kalangan masyarakat, dan Anda tidak harus ke dokter untuk mendapatkan kacamata yang sesuai dengan kebutuhan anda. Dan ingat selalu, penderita miopia sebaiknya selalu mengenakan kacamatanya, baik untuk melihat jauh atau pun untuk melihat dekat, jangan biarkan mata anda menjadi malas dan tidak terlatih.
Kecuali jika memang ingin mencoba alternatif di luar dunia kedokteran. Ya, Anda berhak mencoba pinhole glasses yang nge-trend itu, tapi tentu saja kemungkinan besar Anda tidak akan mendapatkannya dari dokter, tapi dari toko-toko barang-barang penemuan, atau penjualan online – dan siapa tahu ternyata Anda terbantu dengannya.

Sumber:
http://catatan.legawa.com/2010/11/kacamata-minusnya-dipakai-ya/
Read more: http://catatan.legawa.com/2010/11/kacamata-minusnya-dipakai-ya/#ixzz1kebSaVpB

Tidak ada komentar: