September 26, 2012

JADWAL MAJELIS SHOLAWAT HABIB SYECH ASSEGAF OKTOBER 2012

    Assalamualaikum Wr. Wb.
    Kepada segenap Syekhermania dan Pecinta sholawat Habib Syech untuk mendapat jadwal otomatis di Facebook anda silahkan gabung di Fanspage: "Ahbabul Musthofa dan Pecinta Rasululloh Kota Surabaya" agar anda selalu mengetahui jadwal Habib Syech terbaru yang update tiap Hari....

    TGL 04 OKT SAMPANG MADURA
    TGL 05 OKT KALISARI DAMEN MULYOREJO SURABAYA
    TGL 08 OKT MILAD JAMURO TAJEN PELBABANG BANTUL
    TGL 09 OKT TENGARAN SALATIGA
    TGL 10 OKT RUTINAN NDALEM SOLO
    TGL 11 OKT ROGOBOYO BOYOLALI
    TGL 12 OKT MASJID AGUNG PURWODADI JATENG
    TGL 14 OKT CUNG LI TAIWAN
    TGL 17 OKT PONDOK AL QUR'ANI SOLO
    TGL 18 OKT SEMARANG Krobokan jl. Ariloka semarang barat
    TGL 20 Oktober 2012, Sabtu - Masjid Asy Syakirin KLCC
    TGL 21 Oktober 2012, Ahad - Dataran Sejarah Ayer Keroh, Melaka
    TGL 22 Oktober 2012, Isnin - Masjid UPSI, Kampus Sultan Azlan Shah, Proton City, Tanjung Malim.
    TGL 24 OKT RUTINAN SOLO
    TGL 28 OKT LAPANAN KLATEN keputran kemalang klaten
    TGL 29 OKT TULUNG Lap. merdeka tulung kec. tulung kab. klaten.
    TGL 30 OKT MAGUWO JOGJA
    TGL 31 OKT RUTINAN SOLO 
    Sumber: https://www.facebook.com/AhbabulMusthofaSurabaya 


      *) Pengumuman ini bersifat sementara, nanti jika ada info lebih lanjut/perubahan jadwal akan segera kami sampaikan kepada jama'ah.
      **) Mohon disebarluaskan ke kaum muslimin lainnya.


      JADWAL KUNJUNGAN MAULID SYECH HISYAM KABBANI HAQQANI


      SENIN, 24 SEP 2012
      15.00:
      Penyambutan Mawlana
      Jl.Limo No.7 Rt.03/05 Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

      20.00-23.00:
      Zikir dan Shuhba
      Masjid Raya Pondok Indah
      Jl. Iskandar Muda No.1 Pondok Indah, Jakarta Selatan

      SELASA, 25 SEP 2012
      20.00-23.00:
      Mawlid Nabi (saw)
      di Zawiyah Haqqul Mubiin, Jombang Raya, Bintaro
      Jl. Raya Jombang 93 B Bintaro-Parigi

      RABU, 26 SEP 2012
      20.00-23.00:
      Mawlid Nabi (saw)
      Zawiyah Nurul Haqq
      Jl.Kirai No.1B Rt.05/02
      Andara, Pangkalan Jati Baru, Cinere

      KAMIS, 27 SEP 2012
      20.00-23.00:
      Mawlid Nabi (saw) bersama Kyai Amir Hamzah
      Pesantren Darul Ishlah
      Jl. Buncit Raya Kalibata Pulo No.5 RT. 05/05 Jakarta Selatan

      JUMAT, 28 SEP 2012
      Salat Jumat
      Tempat akan diumumkan kemudian

      SABTU, 29 SEP 2012
      20.00-23.00:
      Mawlid Nabi (saw) bersama Habib Syech Assegaf
      di Alun-Alun Purbalingga, JATENG

      MINGGU, 30 SEP 2012
      20.00-23.00:
      Mawlid Nabi (saw) bersama Habib Syech Assegaf
      Alun-Alun Banyumas, JATENG

      SENIN, 1 OKT 2012
      20.00-23.00:
      Qasidah
      di Permata Hijau

      SELASA, 2 OKT 2012
      20.00-23.00:
      Qasidah dan Shuhba
      Di rumah Pak Tony
      Jl. Puri Kencana No.39 Cipete, Jakarta Selatan

      RABU, 3 OKT 2012
      18.00-21.00
      Zikir Khatm Khwajagan dan Shuhba
      di Pesantren Darus-Syifa al-Fytrat, Sukabumi
      Jl. Parung Seah No.43 Km.5 Desa Cipetir, Kadudampit, Sukabumi


      *) Pengumuman ini bersifat sementara, nanti jika ada info lebih lanjut/perubahan jadwal akan segera kami sampaikan kepada jama'ah.
      **) Mohon disebarluaskan ke kaum muslimin lainnya.

      Sumber: https://www.facebook.com/AhbabulMusthofaSurabaya

      September 23, 2012

      ARTI DARKAH YAA TARIM


      Buat para muhibbin dan beberapa ikhwan majelis ta'lim pasti sering atau tidak asing lagi dengan lambang ini. Lambang ini identik dengan kaum alawiyyin atau disebut keturunan Hadramaut. Biasanya terdapat di bendera-bendera, di rumah-rumah habaib bahkan di mobil-mobil. Pasti buat yang belum tahu bertanya-tanya tentang makna dari lambang ini, Apa sih maksudnya?
      Untuk itu saya coba sedikit mengulas mengenai lambang ini:
      1. Lambang dan tulisan itu adalah tawassul, Darkah dalam bahasa Arab artinya Bantulah. Yaa Ahlal Madinah, yg di maksud adalah Rosulullah SAW dan semua syuhada' Badr yg di makamkan di Madinah. 
      2. Mengenai huruf Haa, adalah tawassul pada al-Hafidz al-Habib 'Ali bin Muhammad al-Habsyi Shohibul Maulid dan ada juga yg tawassul pada Imam 'Abdullah bin 'Alwi al-Haddad, ada pula yg bermakna tawassul kepada Imam Syekh Abu Bakar bin Salim, perlu di ketahui bahwa tawassul dg tulisan di perbolehkan dalam syariah.

      Sumber: http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=5&func=view&catid=9&id=12922

      September 22, 2012

      Mengenai HADITS DHOIF


      Akhir-akhir ini banyak website/blog yang ramai mempertanyakan kebolehan untuk melakukan suatu ibadah berdasarkan hadits yang riwayatnya dhoif/lemah. Bagi masyarakat awam tentu hal ini akan membuat bingung dan resah bahkan terkadang sebagian kelompok mengharamkan penggunaan hadits dhoif. Untuk itu mari kita telaah apa sebenarnya hadits dhoif itu dan bagaimana hukum menggunakannya.

      Definisi
      Hadits Dhoif adalah hadits yang lemah hukum sanad periwayatnya atau pada hukum matannya, mengenai beramal dengan hadits dhaif merupakan hal yang diperbolehkan oleh para Ulama Muhadditsin,

      Hadits dhoif tak dapat dijadikan Hujjah atau dalil dalam suatu hukum, namun tak sepantasnya kita menafikan (meniadakan) hadits dhoif, karena hadits dhoif banyak pembagiannya,

      Dan telah sepakat jumhur para ulama untuk menerapkan beberapa hukum dengan berlandaskan dengan hadits dhoif, sebagaimana Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, menjadikan hukum bahwa bersentuhan kulit antara pria dan wanita dewasa tidak membatalkan wudhu, dengan berdalil pada hadits Aisyah ra bersama Rasul saw yang Rasul saw menyentuhnya dan lalu meneruskan shalat tanpa berwudhu, hadits ini dhoif, namun Imam Ahmad memakainya sebagai ketentuan hukum thaharah.

      Hadits dhoif ini banyak pembagiannya, sebagian ulama mengklasifikasikannya menjadi 81 bagian, adapula yang menjadikannya 49 bagian dan adapula yang memecahnya dalam 42 bagian, namun para Imam telah menjelaskan kebolehan beramal dengan hadits dhoif bila untuk amal shalih, penyemangat, atau manaqib, inilah pendapat yang mu’tamad, namun tentunya bukanlah hadits dhoif yang telah digolongkan kepada hadits palsu.

      Sebagian besar hadits dhoif adalah hadits yang lemah sanad perawinya atau pada matannya, tetapi bukan berarti secara keseluruhan adalah palsu, karena hadits palsu dinamai hadits munkar, atau mardud, Batil, maka tidak sepantasnya kita menggolongkan semua hadits dhaif adalah hadits palsu, dan menafikan (menghilangkan) hadits dhaif karena sebagian hadits dhaif masih diakui sebagai ucapan Rasul saw, dan tak satu muhaddits pun yang berani menafikan keseluruhannya, karena menuduh seluruh hadist dhoif sebagai hadits yang palsu berarti mendustakan ucapan Rasul saw dan hukumnya kufur.

      Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang sengaja berdusta dengan ucapanku maka hendaknya ia bersiap siap mengambil tempatnya di neraka" (Shahih Bukhari hadits no.110),

      Sabda beliau SAW pula : "sungguh dusta atasku tidak sama dengan dusta atas nama seseorang, barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku maka ia bersiap siap mengambil tempatnya di neraka" (Shahih Bukhari hadits no.1229),

      Cobalah anda bayangkan, mereka yang melarang beramal dengan seluruh hadits dhoif berarti mereka melarang sebagian ucapan / sunnah Rasul saw, dan mendustakan ucapan Rasul saw.

      PENDAPAT ULAMA
      Wahai saudaraku ketahuilah, bahwa hukum hadits dan Ilmu hadits itu tak ada di zaman Rasulullah saw, ilmu hadits itu adalah Bid'ah hasanah, baru ada sejak Tabi'in, mereka membuat syarat perawi hadits, mereka membuat kategori periwayat yang hilang dan tak dikenal, namun mereka sangat berhati hati karena mereka mengerti hukum, bila mereka salah walau satu huruf saja, mereka bisa menjebak ummat hingga akhir zaman dalam kekufuran, maka tak sembarang orang menjadi muhaddits, lain dengan mereka ini yang dengan ringan saja melecehkan hadits Rasulullah saw.

      Sebagaimana para pakar hadits bukanlah sebagaimana yang terjadi dimasa kini yang mengaku ngaku sebagai pakar hadits, seorang ahli hadits mestilah telah mencapai derajat Alhafidh, alhafidh dalam para ahli hadits adalah yang telah hafal 100 ribu hadits berikut hukum sanad dan matannya, sedangkan 1 hadits yang bila panjangnya hanya sebaris saja itu bisa menjadi dua halaman bila ditulis berikut hukum sanad dan hukum matannya, lalu bagaimana dengan yang hafal 100 ribu hadits?.

      Diatas tingkatan Al Hafidh ini masih adalagi yang disebut Alhujjah, yaitu yang hafal 300 ribu hadits dengan hukum matan dan hukum sanadnya, diatasnya adalagi yang disebut : Hakim, yaitu yang pakar hadits yang sudah melewati derajat Ahafidh dan Alhujjah, dan mereka memahami banyak lagi hadits hadits yang teriwayatkan. (Hasyiah Luqathuddurar Bisyarh Nukhbatulfikar oleh Imam Al Hafidh Ibn Hajar AlAtsqalaniy).

      Diatasnya lagi adalah derajat Imam, sebagaimana Imam Ahmad bin Hanbal yang hafal 1 juta hadits dengan sanad dan matannya, dan Ia adalah murid dari Imam Syafii rahimahullah, dan dizaman itu terdapat ratusan Imam imam pakar hadits.

      Perlu diketahui bahwa Imam Syafii ini lahir jauh sebelum Imam Bukhari, Imam Syafii lahir pada th 150 Hijriyah dan wafat pada th 204 Hijriyah, sedangkan Imam Bukhari lahir pada th 194 Hijriyah dan wafat pada 256 Hijriyah, maka sebagaimana sebagian kelompok banyak yang meremehkan Imam syafii, dan menjatuhkan fatwa fatwa Imam syafii dengan berdalilkan shahih Bukhari, maka hal ini salah besar, karena Imam Syafii sudah menjadi Imam sebelum usianya mencapai 40 tahun, maka ia telah menjadi Imam besar sebelum Imam Bukhari lahir ke dunia.

      Lalu bagaimana dengan saudara saudara kita masa kini yang mengeluarkan fatwa dan pendapat kepada hadits hadits yang diriwayatkan oleh para Imam ini?, mereka menusuk fatwa Imam Syafii, menyalahkan hadits riwayat Imam Imam lainnya, seorang periwayat mengatakan hadits ini dhoif, maka muncul mereka ini memberi fatwa bahwa hadits itu munkar, darimanakah ilmu mereka?, apa yang mereka fahami dari ilmu hadits?, hanya menukil nukil dari beberapa buku saja lalu mereka sudah berani berfatwa, apalagi bila mereka yang hanya menukil dari buku buku terjemah, memang boleh boleh saja dijadikan tambahan pengetahuan, namun buku terjemah ini sangat dhoif bila untuk dijadikan dalil.

      Saudara saudaraku yang kumuliakan, kita tak bisa berfatwa dengan buku buku, karena buku tak bisa dijadikan rujukan untuk mengalahkan fatwa para Imam terdahulu, bukanlah berarti kita tak boleh membaca buku, namun maksud saya bahwa buku yang ada zaman sekarang ini adalah pedoman paling lemah dibandingkan dengan fatwafatwa Imam Imam terdahulu, terlebih lagi apabila yang dijadikan rujukan untuk merubuhkan fatwa para imam adalah buku terjemahan.

      Sungguh buku buku terjemahan itu telah terperangkap dengan pemahaman si penerjemah, maka bila kita bicara misalnya terjemahan Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, sedangkan Imam Ahmad bin Hanbal ini hafal 1 juta hadits, lalu berapa luas pemahaman si penerjemah yang ingin menerjemahkan keluasan ilmu Imam Ahmad dalam terjemahannya?

      Bagaimana tidak, sungguh sudah sangat banyak hadits hadits yang sirna masa kini, bila kita melihat satu contoh kecil saja, bahwa Imam Ahmad bin Hanbal hafal 1 juta hadits, lalu kemana hadits hadits itu?, Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad haditsnya hanya tertuliskan hingga hadits no.27.688, maka kira kira 970 ribu hadits yang dihafalnya itu tak sempat ditulis…! Lalu bagaimana dengan ratusan Imam dan Huffadh lainnya?, lalu logika kita, berapa juta hadits yang sirna dan tak sempat tertuliskan?, mengapa?

      Tentunya dimasa itu tak semudah sekarang, kitab mereka itu ditulis tangan, bayangkan saja seorang Imam besar yang menghadapi ribuan murid2nya, menghadapi ratusan pertanyaan setiap harinya, banyak beribadah dimalam hari, harus pula menyempatkan waktu menulis hadits dengan pena bulu ayam dengan tinta cair ditengah redupnya cahaya lilin atau lentera, atau hadits hadits itu ditulis oleh murid2nya dengan mungkin 10 hadits yang ia dengar hanya hafal 1 atau 2 hadits saja karena setiap hadits menjadi sangat panjang bila dengan riwayat sanad, hukum sanad, dan mustanadnya.

      Bayangkan betapa sulitnya perluasan ilmu saat itu, mereka tak ada surat kabar, tak ada telepon, tak ada internet, bahkan barangkali pos jasa surat pun belum ada, tak ada pula percetakan buku, fotocopy atau buku yang diperjualbelikan.

      Penyebaran ilmu dimasa itu adalah dengan ucapan dari guru kepada muridnya (talaqqiy), dan saat itu buku hanyalah 1% saja atau kurang dibanding ilmu yang ada pada mereka.

      Lalu murid mereka mungkin tak mampu menghafal hadits seperti gurunya, namun paling tidak ia melihat tingkah laku gurunya, dan mereka itu adalah kaum shalihin, suci dari kejahatan syariah, karena di masa itu seorang yang menyeleweng dari syariah akan segera diketahui karena banyaknya ulama.

      Oleh sebab itu sanad guru jauh lebih kuat daripada pedoman buku, karena guru itu berjumpa dengan gurunya, melihat gurunya, menyaksikan ibadahnya, sebagaimana ibadah yang tertulis di buku, mereka tak hanya membaca, tapi melihat langsung dari gurunya, maka selayaknya kita tidak berguru kepada sembarang guru, kita mesti selektif dalam mencari guru, karena bila gurumu salah maka ibadahmu salah pula. Maka hendaknya kita memilih guru yang mempunyai sanad silsilah guru, yaitu ia mempunyai riwayat guru guru yang bersambung hingga Rasul saw.

      PENUTUP
      Hingga kini kita ahlussunnah waljamaah lebih berpegang kepada silsilah guru daripada buku buku, walaupun kita masih merujuk pada buku dan kitab, namun kita takberpedoman penuh pada buku semata, kita berpedoman kepada guru guru yang bersambung sanadnya kepada Nabi saw, ataupun kita berpegang pada buku yang penulisnya mempunyai sanad guru hingga nabi saw.

      Maka bila misalnya kita menemukan ucapan Imam Syafii, dan Imam Syafii tak sebutkan dalilnya, apakah kita mendustakannya?, cukuplah sosok Imam Syafii yang demikian mulia dan tinggi pemahaman ilmu syariahnya, lalu ucapan fatwa fatwanya itu diteliti dan dilewati oleh ratusan murid2nya dan ratusan Imam sesudah beliau, maka itu sebagai dalil atas jawabannya bahwa ia mustahil mengada ada dan membuat buat hukum semaunya.

      Maka muncullah dimasa kini pendapat pendapat dari beberapa saudara kita yang membaca satu dua buku, lalu berfatwa bahwa ucapan Imam Syafii Dhoif, ucapan Imam hakim dhoif, hadits ini munkar, hadits itu palsu, hadits ini batil, hadits itu mardud, atau berfatwa dengan semaunya dan fatwa fatwa mereka itu tak ada para Imam dan Muhaddits yang menelusurinya sebagaimana Imam imam terdahulu yang bila fatwanya salah maka sudah diluruskan oleh imam imam berikutnya.

      Sebagaimana berkata Imam Syafii : “Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu baker digelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu” (Faidhul Qadir juz 1 hal 433), berkata pula Imam Atsauri : “Sanad adalah senjata orang mukmin, maka bila kau tak punya senjata maka dengan apa kau akan berperang?”, berkata pula Imam Ibnul Mubarak : “Pelajar ilmu yang tak punya sanad bagaikan penaik atap namun tak punya tangganya, sungguh telah Allah muliakan ummat ini dengan sanad” (Faidhul Qadir juz 1 hal 433)

      Semakin dangkal ilmu seseorang, maka tentunya ia semakin mudah berfatwa dan menghukumi, semakin ahli dan tingginya ilmu seseorang, maka semakin ia berhati hati dalam berfatwa dan tidak ceroboh dalam menghukumi.

      Maka fahamlah kita, bahwa mereka mereka yang segera menafikan / menghapus hadits dhoif maka mereka itulah yang dangkal pemahaman haditsnya, mereka tak tahu mana hadits dhoif yang palsu dan mana hadits dhoif yang masih tsiqah untuk diamalkan, contohnya hadits dhoif yang periwayatnya maqthu’ (terputus), maka dihukumi dhoif, tapi makna haditsnya misalnya keutamaan suatu amal, maka para Muhaddits akan melihat para perawinya, bila para perawinya orang orang yang shahih, tsiqah, apalagi ulama hadits, maka hadits itu diterima walau tetap dhoif, namun boleh diamalkan karena perawinya orang orang terpercaya, Cuma satu saja yang hilang, dan yang lainnya diakui kejujurannya, maka mustahil mereka dusta atas hadits Rasul saw, namun tetap dihukumi dhoif, dan masih banyak lagi contoh contoh lainnya,

      Masya Allah dari gelapnya kebodohan.. sebagaimana ucapan para ulama salaf : “dalam kebodohan itu adalah kematian sebelum kematian, dan tubuh mereka telah terkubur (oleh dosa dan kebodohan) sebelum dikuburkan”.

      Walillahittaufiq

      Sumber:
      http://sufiroad.blogspot.com/2012/03/definisi-hadits-dhoif.html
      http://majelisrasululloh.org

      KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA


      Di Antara Fadhilah (Keutamaan) Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.

      Pertama
      Bahwa berbakti kpd kedua orang tua ialah amal yg paling utama. Dengan dasar diantara yaitu hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
      “Arti : Dari Abdullah bin Mas’ud katanya, “Aku berta kpd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amal-amal yg paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktu (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kpd kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah” [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9]
      Dengan demikian jika ingin kebajikan hrs didahulukan amal-amal yg paling utama di antara ialah birrul walidain (berbakti kpd kedua orang tua).

      Kedua
      Bahwa ridla Allah tergantung kpd keridlaan orang tua. Dalam hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin Amr dikatakan.
      “Arti : Dari Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ridla Allah tergantung kpd keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kpd kemurkaan orang tua” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)]

      Ketiga
      Bahwa berbakti kpd kedua orang tua dpt menghilangkan kesulitan yg sedang dialami yaitu dgn cara bertawasul dgn amal shahih tersebut. Dengan dasar hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Ibnu Umar.
      “Arti : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yg lain, ‘Ingatlah amal terbaik yg pernah kamu lakukan’. Kemudian mereka memohon kpd Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dgn harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata, “Ya Allah, sesungguh aku mempunyai kedua orang tua yg sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yg masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kpd kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku hrs berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dpti kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi kedua namun kedua masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tdk memberikannya. Aku tdk akan memberikan kpd siapa pun sebelum susu yg aku perah ini kuberikan kpd kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai kedua bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kpd keduanya. Setelah kedua minum lalu kuberikan kpd anak-anaku. Ya Allah, seandai peruntukan ini ialah peruntukan yg baik krn Engkau ya Allah, bukakanlah. “Maka batu yg menutupi pintu gua itupun bergeser” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) (100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A’mal]
      Ini menunjukkan bahwa peruntukan berbakti kpd kedua orang tua yg pernah kita lakukan, dpt digunakan untuk bertawassul kpd Allah ketika kita mengalami kesulitan, Insya Allah kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yg dialami seseorang saat ini diantara krn peruntukan durhaka kpd kedua orang tuanya.
      Kalau kita mengetahui, bagaimana berat orang tua kita telah bersusah payah untuk kita, maka peruntukan ‘Si Anak’ yg ‘bergadang’ untuk memerah susu tersebut belum sebanding dgn jasa orang tua ketika mengurus sewaktu kecil.
      ‘Si Anak’ melakukan pekerjaan tersebut tiap hari dgn tdk ada perasaan bosan dan lelah atau yg lainnya. Bahkan ketika kedua orang tua sudah tidur, dia rela menunggu kedua bangun di pagi hari meskipun anak menangis. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan kedua orang tua hrs didahulukan daripada kebutuhan anak kita sendiri dalam rangka berbakti kpd kedua orang tua. Bahkan dalam riwayat yg lain disebutkan berbakti kpd orang tua hrs didahulukan dari pada beruntuk baik kpd istri sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma ketika diperintahkan oleh bapak (Umar bin Khaththab) untuk menceraikan istrinya, ia berta kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ceraikan istrimuu” [Hadits Riwayat Abu Dawud No. 5138, Tirimidzi No. 1189 beliau berkata, “Hadits Hasan Shahih”]
      Dalam riwayat Abdullah bin Mas’ud yg disampaikan sebelum disebutkan bahwa berbakti kpd kedua orang tua hrs didahulukan daripada jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
      Begitu besar jasa kedua orang tua kita, sehingga apapun yg kita lakukan untuk berbakti kpd kedua orang tua tdk akan dpt membalas jasa keduanya. Di dalam hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma melihat seorang menggendong ibu untuk tawaf di Ka’bah dan ke mana saja ‘Si Ibu’ menginginkan, orang tersebut berta kpd, “Wahai Abdullah bin Umar, dgn peruntukanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku.?” Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, “Belum, setetespun engkau belum dpt membalas kebaikan kedua orang tuamu” [Shahih Al Adabul Mufrad No.9]
      Orang tua kita telah megurusi kita mulai dari kandungan dgn beban yg dirasakan sangat berat dan susah payah. Demikian juga ketika melahirkan, ibu kita mempertaruhkan jiwa antara hidup dan mati. Ketika kita lahir, ibu lah yg menyusui kita kemudian membersihkan kotoran kita. Semua dilakukan oleh ibu kita, bukan oleh orang lain. Ibu kita selalu menemani ketika kita terjaga dan menangis baik di pagi, siang atau malam hari. Apabila kita sakit tdk ada yg bisa menangis kecuali ibu kita. Sementara bapak kita juga berusaha agar kita segera sembuh dgn membawa ke dokter atau yg lain. Sehingga kalau ditawarkan antara hidup dan mati, ibu kita akan memilih mati agar kita tetap hidup. Itulah jasa seorang ibu terhadap anaknya.

      Keempat
      Dengan berbakti kpd kedua orang tua akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dalam hadits yg disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
      “Arti : Barangsiapa yg suka diluaskan rizki dan dipanjangkan umur maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi” [Hadits Riwayat Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693]

      Dalam ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dianjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam silaturahmi, yg hrs didahulukan silaturahmi kpd kedua orang tua sebelum kpd yg lain. Banyak diantara saudara-saudara kita yg sering ziarah kpd teman-teman tetapi kpd orang tua sendiri jarang bahkan tdk pernah. Padahal ketika masih kecil dia selalu bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah dewasa, seakan-akan dia tdk pernah berkumpul bahkan tdk kenal dgn kedua orang tuanya. Sesulit apapun hrs tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kpd kedua orang tua. Karena dgn dekat kpd kedua insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa dgn silaturahmi akan diakhirkan ajal dan umur seseorang.[1] walaupun masih terdpt perbedaan dikalangan para ulama tentang masalah ini, namun pendpt yg lebih kuat berdasarkan nash dan zhahir hadits ini bahwa umur memang benar-benar akan dipanjangkan.

      Kelima
      Manfaat dari berbakti kpd kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa anak yg durhaka tdk akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadits tersebut yaitu anak yg beruntuk baik kpd kedua orang tua akan dimasukkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ke jannah (surga).
      Dosa-dosa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala segerakan adzab di dunia diantara ialah beruntuk zhalim dan durhaka kpd kedua orang tua. Dengan demikian jika seorang anak beruntuk baik kpd kedua orang tuanya, Allah Subahanahu wa Ta’ala akan menghindarkan dari berbagai malapetaka, dgn izin Allah.

      SYI'IR TANPO WATON (Gus Nizam)


      Astaghfirullah robbal barooya 
      Astaghfirullah minal khotoya
      Robbi zidniy ‘ilman nafi’a
      Wa wafiqny ‘amalan sholiha

      Aku memohon ampun Ya Allah, Maha penerima taubat
      Aku memohon ampun Ya Allah dari pada segala dosa,
      Tambahkan kepadaku ilmu yang berguna, berikanlah aku amalan yang dimakbulkan,
      Kurniakan kepadaku rezeki yg meluas, terimalah taubat kami dgn taubat nasuha…

       Ya Rasulallah... salamun'alaik
       Ya rafi’asyani waddaraji
       ‘Atfata yaji rotal 'alami
       Ya uhailalju diwal karomi

        Ngawiti ingsun nglarasa syi’iran
       Kelawan muji maring pengeran
       Kang paring rohmat lan kenikmatan
       Rino wengine tanpo pitungan 2X

       Aku mulai merapalkan syair
       Dengan memuji kepada Tuhan
       Yang telah memberikan rahmat dan kenikmatan
       Siang dan malam tanpa hitungan

       Duh bolo konco priyo wanito
       Ojo mung ngaji syare’at bloko
       Gur pinter ndongeng nulis lan moco
       Tembe mburine bakal sangsoro

       Wahai teman-teman pria wanita
       Jangan hanya mengkaji syariat saja
       Hanya bisa mendongeng, menulis, dan membaca
       Pada akhirnya akan sengsara (2x)

      Akeh kang apal Qur’an Haditse
      Seneng ngafirke marang liyane
      Kafire dewe gak digatekke
      Yen isih kotor ati akale 2X

      Banyak yang hafal Qur’an-Haditsnya
      Suka mengkafirkan kepada lainnya
      Kafirnya diri sendiri tidak diperhatikan
      Kalau masih kotor hati dan akalnya (2x)

      Gampang kabujuk nafsu angkoro
      Ing pepaese gebyare ndunyo
      Iri lan meri sugihe tonggo
      Mulo atine peteng lan nistho 2X

       Mudah terbujuk nafsu angkara
       Dalam perhiasan megahnya dunia
       Iri dan dengki atas kekayaan tetangga
       Karena itulah hatinya gelap dan nista (2x)

       Ayo sedulur jo nglaleake
       Wajibe ngaji sak pranatane
       Nggo ngandelake iman tauhite
       Baguse sangu mulyo matine 2X

       Mari saudara jangan lupakan
       Kewajiban mengkaji disemua runtutannya
       Untuk menebalkan iman tauhidnya
       Bagusnya pesangon mulia matinya (2x)

      Kang aran soleh bagus atine
      Kerono mapan seri ngelmune
      Laku thoriqot lan ma’rifate
      Ugo hakekot manjing rasane 2 X

      Yang disebut shaleh bagus hatinya
      Karena telah menetap ilmu sirri-nya (ilmu rahasia ke-Tuhanan)
      Tindakan tarekat dan ma’rifatnya
      Juga hakekat telah merasuk rasanya (2x)

      Al-Qur'an qodim wahyu minulyo
      Tanpo ditulis biso diwoco
      Iku wejangan guru waskito
      Den tancepake ing jero dodo 2X

      Al-Qur’an qadim, wahyu yang mulia
      Tanpa ditulis bisa dibaca
      Itu petuah guru yang waskita (ma’rifat)
      Ditancapkan di dalam dada (2x)

      Kumantil ati lan pikiran
      Mrasuk ing badan kabeh jeroan
      Mu’jizat Rosul dadi pedoman
      Minongko dalan manjinge iman 2 X

      Menempel hati dan pikiran
      Merasuk di badan, semua jeroan (badan bagian dalam)
      Mu'jizat Rasul menjadi pedoman
      Menjadi jalan masuknya iman (2x)

       Kelawan Allah kang Moho Suci
       Kudu rangkulan rino lan wengi
       Ditirakati diriyadhohi
       Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X

       Terhadap Allah yang Maha Suci
       Harus berangkulan siang dan malam
       Ditirakati, diriyadhahi (bersusah-payah)
       Dzikir dan suluk (jalan menuju Tuhan) jangan sampai terlupa (2x)

      Uripe ayem rumongso aman
      Dununge roso tondo yen iman
      Sabar narimo najan pas pasan
      Kabeh tinakdir saking pengeran 2X

       Hidupnya tenang merasa aman
       Adanya rasa (aman) tanda kalau beriman
       Sabar, menerima walaupun pas-pasan
       Semua itu ditakdirkan oleh Tuhan (2x)

       Kelawan konco dulur lan tonggo
       Kang podo rukun ojo ngesio
       Iku sunnahe Rosul kang mulyo
       Nabi Muhammad panutan kito

       Terhadap teman, saudara dan tetangga
       Hendaknya rukun jangan saling mendengki
       Itulah sunnah Rasul yang mulia
       Nabi Muhammad tuntunan kita (2x)

       Ayo anglakoni sakabehane
       Allah kang bakal ngangkat drajate
       Senajan ashor toto dhohire
       Ananging mulyo maqom drajate 2X

       Mari laksanakan semuanya
       Allah yang akan mengangkat derajatnya
       Meskipun terlihat rendah tata lahirnya
       Tapi (sebenarnya) mulia kedudukan derajatnya (2x)

       Lamun palastro ing pungkasane
       Ora kesasar roh lan sukmane
       Den gadang Allah swargo manggone
       Utuh mayite ugo ulese 2X

       Apabila meninggal nanti diakhirnya
       Tidak tersesat roh dan sukmanya
       Di gadhang (sukai-angkat) oleh Allah, surgalah tempatnya
       Tetap utuh mayitnya juga kafannya (2x)

       Ya Rasulallah... salamun'alaik
       Ya rafi’asyani waddaraji
       ‘Atfata yaji rotal 'alami
       Ya uhailalju diwal karomi

      (Sumber: https://www.facebook.com/notes/ahbabul-musthofa-dan-pecinta-rasululloh-kota-surabaya/lirik-dan-arti-syiir-tanpa-waton/457289430964340)

      September 14, 2012

      Kemuliaan Hari Jumat

      Hari Jumat adalah hari yang mulia, dan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia memuliakannya. Keutamaan yang besar tersebut menuntut umat Islam untuk mempelajari petunjuk Rasulullah dan sahabatnya, bagaimana seharusnya menyambut hari tersebut agar amal kita tidak sia-sia dan mendapatkan pahala dari Allah ta’ala.
      Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Hari ini dinamakan Jum’at, karena artinya merupakan turunan dari kata al-jam’u yang berarti perkumpulan, karena umat Islam berkumpul pada hari itu setiap pekan di balai-balai pertemuan yang luas. Allah l memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin berkumpul untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya. Allah l berfirman:
      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
      “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. 62:9)
      Maksudnya, pergilah untuk melaksanakan shalat Jum’at dengan penuh ketenangan, konsentrasi dan sepenuh hasrat, bukan berjalan dengan cepat-cepat, karena berjalan dengan cepat untuk shalat itu dilarang. Al-Hasan Al-Bashri berkata: Demi Allah, sungguh maksudnya bukanlah berjalan kaki dengan cepat, karena hal itu jelas terlarang. Tapi yang diperintahkan adalah berjalan dengan penuh kekhusyukan dan sepenuh hasrat dalam hati. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir : 4/385-386).
      Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata: Hari Jum’at adalah hari ibadah. Hari ini dibandingkan dengan hari-hari lainnya dalam sepekan, laksana bulan Ramadhan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Waktu mustajab pada hari Jum’at seperti waktu mustajab pada malam lailatul qodar di bulan Ramadhan. (Zadul Ma’ad: 1/398).

      Berikut ini beberapa adab yang harus diperhatikan bagi setiap muslim yang ingin menghidupkan syariat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Jumat:

      1. Memperbanyak Sholawat Nabi
      Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata: ‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?’ Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)

      2. Mandi Jumat
      Mandi pada hari Jumat wajib hukumnya bagi setiap muslim yang balig berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri, di mana Rasulullah bersabda yang artinya, “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang baligh.” (HR. Bukhori dan Muslim). Mandi Jumat ini diwajibkan bagi setiap muslim pria yang telah baligh, tetapi tidak wajib bagi anak-anak, wanita, orang sakit dan musafir. Sedangkan waktunya adalah sebelum berangkat sholat Jumat. Adapun tata cara mandi Jumat ini seperti halnya mandi janabah biasa. Rasulullah bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi Jumat seperti mandi janabah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

      3. Menggunakan Minyak Wangi
      Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi pada hari Jumat dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak rambut atau minyak wangi kemudian berangkat ke masjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lalu sholat sesuai yang ditentukan baginya dan ketika imam memulai khotbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan diampuni dosanya mulai Jumat ini sampai Jumat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

      4. Bersegera Untuk Berangkat ke Masjid
      Anas bin Malik berkata, “Kami berpagi-pagi menuju sholat Jumat dan tidur siang setelah sholat Jumat.” (HR. Bukhari). Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Makna hadits ini yaitu para sahabat memulai sholat Jumat pada awal waktu sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada sholat zuhur ketika panas, sesungguhnya para sahabat tidur terlebih dahulu, kemudian sholat ketika matahari telah rendah panasnya.” (Lihat Fathul Bari II/388)

      5. Sholat Sunnah Ketika Menunggu Imam atau Khatib
      Abu Huroiroh radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa mandi kemudian datang untuk sholat Jumat, lalu ia sholat semampunya dan dia diam mendengarkan khotbah hingga selesai, kemudian sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai jum’at ini sampai jum’at berikutnya ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)

      6. Tidak Duduk dengan Memeluk Lutut Ketika Khatib Berkhotbah
      “Sahl bin Mu’ad bin Anas mengatakan bahwa Rasulullah melarang Al Habwah (duduk sambil memegang lutut) pada saat sholat Jumat ketika imam sedang berkhotbah.” (Hasan. HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

      7. Sholat Sunnah Setelah Sholat Jumat
      Rasulullah bersabda yang artinya, “Apabila kalian telah selesai mengerjakan sholat Jumat, maka sholatlah empat rakaat.” Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata, “Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka sholatlah dua rakaat di masjid dan dua rakaat apabila engkau pulang.” (HR. Muslim, Tirmidzi)

      8. Membaca Surat Al Kahfi
      Nabi bersabda yang artinya, “Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat maka Allah akan meneranginya di antara dua Jumat.” (HR. Imam Hakim dalam Mustadrok, dan beliau menshahihkannya)

      Dengan melakukan amal-amalan yang disyari’atkan di hari jum’at mudah-mudahan kita mendapatkan ampunan dan keberkahan dari Allah SWT. Ampunan Allah SWT sendiri memang ada sepanjanjang kita mau bertaubat. Keberkahan Allah SWT juga bisa diberikan kapan saja, bukan hanya pada hari jum’at. Namun, sebagaimana Allah telah menjadikan kota Mekkah dan Madinah sebagai kota suci, menjadikan Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha sebagai masjid paling utama, menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan paling mulia diantara bulan-bulan lainnya, menjadikan malam lailatul qadar sebagai malam seribu bulan, menjadikan sepertiga malam sebagai waktu paling efektif untuk mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, begitupun hari jum’at, Allah telah menjadikan hari jum’at sebagai rajanya hari, sayyidul ayyam.