November 30, 2008

GUNUNG KAWI

Ritual Ziarah Gunung Kawi

Lokasi :Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang
(40 km barat daya kota Malang atau sebelah selatan lereng Gunung Kawi)
Tahun Berdiri : 22 Januari 1871 ( tanggal meninggal Zakaria II/Mbah Djaego) ta erl lhao she) dan RM Iman Soedjono (jie lhao she)
Pengelola : Yayasan Ngesti Gondo
Luas Wilayah : 5 hektar

Beberapa Kebudayaan Setempat antara lain :
a)Selo-an :
Peringatan ulang tahun Mbah Djoego pada tanggal 12 Sura (12 Muharram) yang diisi dengan khataman Al Quran, tahlilan dan pembacaan Surat Yasin, serta selamatan adat
b)Saparan :
Kegiatan selamatan adapt dan tahlil serta pengajian umum setiap bulan Safar (rabiul awal) diteruskan dengan pertunjukan kesenian tradisional
c)Suran :
Peringatan ulang tahun RM Iman Soedjono setiap tanggal 12 Sura (12 Muharram) yang diisi dengan kirab sesaji dan parade budaya warga Desa Wonosari (memakai pakaian adapt), pementasan kesenian diteruskan dengan khataman Al Quran serta menyekar ke makam kedua pendiri pondok (Zakaria II/Mbah Djoego dan RM Iman Soedjono)
d)Ritual makam Senin Pahing dan malam Jumat Legi berupa ziarah makam
e)Tari topeng, reog, kuda lumping, wayang kulit, hadrah, dan terbang jidor, barongsai, campursari, serta ludurk
Gunung Kawi, sebuah nama yang tidak asing, terutama bagi masyarakat sekitar kota Malang. Terletak di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, menyisakan berbagai macam sisa-sisa peninggalan, berupa makam Zakaria II/ Mbah Djoego (ta erl lhao she) dan RM Iman Soedjono (jie lhao she) sebagai contoh penyebaran syiar Islam di dataran Gunung Kawi, ratusan tahun silam
Pada tahun 1825-1830 meletus Perang Diponegoro. Kiai Zakaria II/Mbah Sadjego/Mbah Djoego yang merupakan cucu Pangeran Diponegoro, ikut berperang dan menjadi lascar sang pangeran. Ketika Pangeran Diponegoro kalah dan dibuang Belanda., Mbah Djoego mendirikan padepokan di Desa Sanan, Jugo, Kecamatan Kesamben, kabupaten Blitar, untuk menyiarkan agama Islam. Dia mempunyai murid kesayangan Raden Mas Iman Soedjono
Pada tanggal 22 Januari 1871, mbah Djoego meninggal dunia pada Senin Pahing dan dimakamkan di lereng Gunung kawi sesuai dengan pesannya sebelum meninggal. Karena dilakukan dengan jalan darat, iring-iringan jenazah baru sampai Des Wonosari (Gunung Kawi) pada hari Rabu, dan dimakamkan pada hari Kamis. Pada malam harinya, yaitu malam Jumat legi, diadakan tahlil akbar di pendapa makam. Kejadian tersebut sampai saat ini diperingati dengan tahlil akbar di pendapa makam. Kejadian tersebut sampai saat ini masih diperingati dengan tahlil setiap malam Jumat Legi dan Senin Pahing.
Sepeninggal Mbah Djoego, padepokannya di Kesamben dirawat Ki Tasiman, penduduk setempat yang pertama kali ditemui mbah Djoego ketika menetap wilayah tersebut. Semua barang mbah Djoego berada di tempat ini, kecuali dua guci tempat air minum disebut jamjam yang dibawa RM Iman Soejono ke Gunung Kawi. Guci itu masih digunakan sebagai tempat air dan diletakkan di dekat pendapa makam. Air di dalamnya yang bersal dari mata air di sekitar Gunung Kawi dianggap bertuah dan selalu dicari pengunjung.
RM Iman menetap di Wonosari, meneruskan dakwah agama Islam kepada masyarakat sekitar dengan jalan mengajar cocok tanam. Petunjuk dan pengarahan dakwah Islam tersebut sering diwujudkan dengan jalan pemberian benda berupa bungkusan kecil yang disebut “Saren Sinandi” berupa sejumput beras, karak (nasi kering), dn sekeping uang logam. Barang ini setiap tanggal 12 Sura (saat peringatan ulang tahun RM Iman Soejono) selalu diperebutkan pengunjung yang menunggu di bawahnya agar kejatuhan buah tersebut.
Pada tanggal 8 Februari 1876 atau sekitar 12 Sura atau Muharram 1805 Hijriah, RM Iman Soejono meninggal duni. Hal ini diabadikan dalam prasasti di depan pendapa makam berupa condro sengkolo yang bertuliskan “Sworo Sirno Mangesti Manunggal yang bisa diartikan 5081 (jika dibaca terbalik adalah angka meninggal RM Iman
Sampai saat ini areal makam Mbah Djoego dan RM Iman Soejono di Gunung Kawi dikelola oleh keturunan RM Iman yang terbentuk melalui Yayasan Ngesti Gondo.

Tidak ada komentar: