Februari 24, 2012

TABUNGAN DI BRI SYARIAH

Beberapa waktu yang lalu saya sempet browsing-browsing tentang produk perbankan syariah yang sekarang lagi jadi tren dikalangan masyarakat. Dari hasil browsing saya ternyata hampir semua Bank umum (konvensional) memiliki bank syariah, mulai dari mandiri dengan Bank Syariah Mandirinya (BSM), BNI, BRI, BTN, CIMB sampe BCA dan masih ada banyak lagi. Tren bank syariah memang mulai menggeliat akhir-akhir ini. Entah apa alasan orang-orang mulai banyak melirik bank yang khas dengan sistem islami ini. Pakar ekonomi bilang pindah ke bank syariah karena jaminan keuangan yang lebih pasti karena dananya didistribusikan pada sektor riil yang jelas selain itu keadaan ekonomi dunia saat ini yang lagi menggos-menggos akibat krisis keuangan global yang melanda negara-negara Uni Eropa menjadikan syariah sebagai alternatif yang paling aman. Hmm, kata tetangga saya bilang pindah ke bank syariah karena biaya administrasinya yang murah banget daripada bank umum lalu ada yang bilang juga bagi hasil dari bank syariah lebih besar dari bank umum,  malah ada temen saya yang bilang pindah ke syariah karena suka liat wanita berkerudung (alaamaaakk.!!^_^). Well, berbagai macam alasan orang berminat ke bank syariah memang sah-sah saja, tapi yang pasti kalo kita nabung di bank syariah pasti semua proses perbankan sampai tetek bengeknya sesuai sama syariat islam (meski ada beberapa hal yang kontroversi sih!). Namun setidaknya menabung di bank syariah bisa bikin hati kita lebih tenang insya Allah.
Sepintas bila dilihat secara teknis, menabung di bank syariah dengan yang berlaku di bank konvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal ini karena, baik di bank syariah maupun bank konvensional diharuskan mengikuti aturan teknis perbankan secara umum. Akan tetapi bila diamati lebih dalam, terdapat beberapa perbedaan mendasar di antara keduanya.
Perbedaan pertama terletak pada akadnya. Pada bank syariah, semua transaksi harus berdasarkan akad yang dibenarkan oleh syariah. Dengan demikian, semua transaksi itu harus mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku pada akad-akad muamalah syariah. Pada bank konvensional, transaksi pembukaan rekening, baik giro, tabungan maupun deposito, berdasarkan perjanjian titipan, namun prinsip titipan ini tidak sesuai dengan aturan syariah, misalnya wadi’ah, karena dalam produk giro, tabungan maupun deposito, menjanjikan imbalan dengan tingkat bunga tetap terhadap uang yang disetor.
Perbedaan kedua terdapat pada imbalan yang diberikan. Bank konvensional menggunakan konsep biaya (cost concept) untuk menghitung keuntungan. Artinya, bunga yang dijanjikan di muka kepada nasabah penabung merupakan ongkos atau biaya yang harus dibayar oleh bank. Oleh karena itu bank harus “menjual” kepada nasabah lain (peminjam) dengan biaya bunga yang lebih tinggi. Perbedaan antara keduanya disebut spread yang menandakan apakah perusahaan tersebut untung atau rugi. Bila spread-nya positif, di mana beban bunga yang dibebankan kepada peminjam lebih tinggi dari bunga yang diberikan kepada penabung, maka dapat dikatakan bahwa bank mendapatkan keuntungan. Sebaliknya juga benar. Sedangkan bank syariah menggunakan pendekatan profit sharing, artinya dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan. Keuntungan yang didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua, untuk bank dan untuk nasabah, berdasarkan perjanjian pembagian keuntungan di muka.
Perbedaan ketiga adalah sasaran kredit/pembiayaan. Para penabung di bank konvensional tidak sadar uang yang ditabung dipinjamkan untuk berbagai bisnis, tanpa memandang halal-haram bisnis tersebut. Sedangkan di bank syariah, penyaluran dan simpanan dari masyarakat dibatasi oleh prinsip dasar, yaitu prinsip syariah Artinya bahwa pemberian pinjaman tidak boleh ke bisnis yang haram seperti, perjudian, minuman yang diharamkan, pornografi dan bisnis lain yang tidak sesuai dengan syariah.
Oke, sekarang saya ingin berbagi pengalaman saya membuka rekening tabungan di bank syariah (BRI Syariah). Sebagai seorang mahasiswa yang APBNnya pas-pasan, naluri saya sebagai mahasiswa mulai menggelora untuk mencari tabungan yang minim biaya administrasi dll. Mengingat dengan minimnya saldo saya lama-lama duit tabungan saya bisa habis hanya untuk ngamplopin bank tiap bulannnya (hehehe...) Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan untuk mencari tabungan syariah yang cocok akhirnya hati saya lumer setelah ngeliat-liat produk perbankan BRI syariah. Ada beberapa pertimbangan yang bikin hati saya tertarik dengan tabungan ini:
  1. Saldo awal yang ringan dengan Cuma Rp. 50.000 udah bisa buka tabungan di BRI Syariah plus udah dapet kartu ATM lagi.
  2. Setoran selanjutnya cuma Rp. 10.000 udah bisa nabung.
  3. Saldo minimal cuma Rp. 25.000 saja nih.
  4. Gratis biaya administrasi bulanan dan gratis biaya ATM bulanan (asiik nih!). beberapa bank syariah (sepengetahuan saya BSM, CIMB) masih mengenakan biaya ini meski jumlah nominalnya kecil.
  5.  Gratis biaya tarik tunai di ATM BRI, ATM Bersama, dan Prima/BCA (tuh kan, ga ribet kan? Bisa tarik dimanapun deh..)
  6. Gratis biaya transfer ke ATM BRI, ATM Bersama, dan Prima/BCA (nah loh, cocok ni buat agan-agan yang suka nongkrong di kaskus :P)
  7. Gratis biaya cek saldo di ATM BRI, ATM Bersama, dan Prima/BCA (padahal kalo tabungan lain bisa kena sekitar Rp 3000-5000 tuh!)
  8. Gratis biaya debit Prima/BCA
Selain itu, layanan yang ada dikartu ATM antara lain:
1.    informasi saldo.
2.    Ganti PIN
3.    Tarik tunai
4.    Transfer
5.    Pembayaran tagihan, pulsa dll (lengkap bukan??!)

Nah, setelah ngeliat berbagai benefit yang saya dapatkan dari Bank BRI Syariah, sebagai mahasiswa yang peduli dengan gerakan menabung akhirnya saya putuskan untuk memindah saldo tabungan saya yang asalnya dari Bank berlogo pita kuning yang melambai-lambai ke BRI Syariah. Maklum, selama di Bank yang lama potongannya lumayan gede jadi duit gampang nipis kalo lagi musim kemarau (hehe). Saya langsung menuju ke BRI syariah cabang gateway untuk pengurusan pembukaan rekening baru. Syaratnya cukup mudah kok, Cuma bawa fotokopi KTP, isi form yang disediakan sama jangan lupa bawa duitnya juga lho, emang mau ngapain kalo ga bawa duit :D. Setelah itu ATM langsung diserahterimakan saat itu juga. Oh ya, karen waktu itu BRI Syariah lagi ada promo saya dapet satu buah Mug tumbler gratiss! (lumayan ah buat ngopi). Oh ya, tabungan BRI syariah  akadnya wadiah (titipan) maksudnya Nasabah memperkenankan dananya dimanfaatkan oleh bank syariah untuk beragam keperluan (yang sesuai syariah). Namun bila nasabah hendak menarik dana, bank syariah berkewajiban untuk menyediakan dana tersebut.
"Jadi nasabah akan diberikan bonus bulanan atas kebijakan bank, namun bisa saja sewaktu2 fasilitas bonus tersebut akan dihapuskan."
Inilah rupa buku tabungan dan hadiah tumbler syariahnya
Itulah pengalaman saya dalam membuka tabungan di bank syariah, semoga bisa memberi inspirasi, masukan atau kalo nggak mau anggep saja saya curhat ke agan deh, hehe. Setidaknya dengan menabung di bank Syariah uang agan akan dikelola secara halal dan jangan lupa karena uang agan dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga 2 milyar rupiah.  Saran saya, dalam memilih bank syariah pilihlah bank yang sudah memiliki nama besar dalam dunia perbankan karena selain akan menjamin simpanan anda mungkin ATMnya juga bisa mudah ditemui dimana saja. Untuk masalah bagi hasil sebagai mahasiswa saya tidak terlalu mempermasalahkan karena itu semua saya anggap sebagai bonus menabung. Sekian, wassalam.

Nb:
Sesuai keputusan Bank BRI Syariah efektif per Mei 2015, ada beberapa perubahan terkait biaya administrasi bulanan dan biaya lainnya. Berikut rinciannya:

Perubahan Biaya Administrasi BRI Syariah 
 
(info lengkap mengenai produk: www.brisyariah.co.id)

Februari 01, 2012

Lanjut Kuliah S2 atau Kerja dulu?

Pilihan mau ambil S2 atau bekerja untuk fresh graduate sangat tergantung dari kesiapan Anda untuk menghadapi berbagai konsekuensi yang mungkin timbul.  Sebaiknya pertimbangkan  berbagai kemungkinan dan konsekuensi terburuk yang mungkin muncul dan  pikirkan bagaimana mengantisipasinya.  Jika sudah tahu bagaimana mengatasinya, Anda tinggal siapkan mental untuk menjalankan pilihan yang telah diputuskan tersebut.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah:
  1. Waktu untuk melanjutkan S2, paling tidak Anda perlu fokus selama dua tahun untuk belajar dan memotivasi diri guna menyelesaikan pendidikan Anda, sementara teman-teman Anda mungkin sudah bekerja dan sudah memiliki pengalaman kerja dua tahun. Siapkah dengan konsekuensi tidak mendapatkan pengalaman kerja yang sudah dimiliki oleh teman-teman Anda yang memilih bekerja lebih dulu?
  2. Semangat belajar, pertimbangkan juga semangat belajar Anda, apakah tergolong tinggi sehingga dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu ataukah hanya sebatas keinginan tanpa hasrat yang kuat? Apakah Anda mudah patah semangat bila menghadapi kesulitan kuliah atau sebaliknya menjadi semakin tertantang dengan semua kesulitan belajar yang Anda hadapi? Jangan sampai sekolah tidak selesai, bekerja juga tidak.
  3. Harapan yang realistis, apa yang Anda harapkan dari mengambil S2?.  Jika pertimbangannya gaji tinggi karena gelar S2, belum tentu bisa Anda dapatkan. Karena banyak perusahaan sekarang ini lebih mempertimbangkan pengalaman dan kompetensi Anda dibandingkan gelar S2 tanpa pengalaman. Artinya jika Anda mengambil S2, pertimbangkan bahwa hal tersebut dapat meningkatkan nilai jual Anda juga dan berhubungan dengan rencana karir Anda di masa depan.
  4. Fokus dengan pilihan yang sudah dibuat, jika Anda sudah memutuskan melanjutkan S2. Fokuslah dengan hal tersebut, lakukan yang terbaik untuk mendapatkan hasil terbaik sehingga waktu Anda tidak terbuang percuma.
  5. Percayalah dengan keputusan yang Anda buat, jangan mengkhawatirkan apa yang belum terjadi, sebaiknya Anda fokus dengan apa yang Anda pilih saat ini, ambil tindakan dan kerjakan dengan sebaik mungkin.  Selalu terbuka peluang bagi Anda untuk mendapatkan apa yang diinginkan sepanjang tidak mudah patah semangat dan mau bekerja keras.

Ketika Langsung Bekerja
Jika Anda memilih untuk bekerja setelah lulus kuliah S1, ada beberapa keuntungan yang dapat Anda peroleh. Yang utama, Anda akan memperoleh pengalaman kerja. Seperti yang kita semua tahu, dunia kerja tidak sama dengan dunia kuliah. Kenyataan di dunia kerja seringkali tidak sama dengan teori yang kita dapat di bangku perkuliahan. Jadi, Anda yang langsung bekerja tergolong beruntung dapat merasakan langsung pengalaman bekerja, suatu pengetahuan yang tidak dapat diperoleh di dalam kelas.
Anda juga jadi lebih mandiri, dengan memperoleh pemasukan sendiri dan tidak bergantung lagi kepada orangtua. Untuk masa awal bekerja, memang gaji standar fresh graduate tidak sebesar mereka yang telah berpengalaman. Namun setelah satu tahun bekerja, apalagi jika terus bertahan di satu perusahaan yang sama, maka Anda mungkin saja memperoleh kenaikan gaji. Demikian juga untuk di tahun-tahun selanjutnya, umumnya akan ada kenaikan gaji setiap tahun yang persentase kenaikannya tergantung performa kerja.
Setelah bekerjapun, kesempatan kuliah S2 masih terbuka. Ada saja beberapa orang yang beruntung karena dapat menjalani keduanya sekaligus. Anda malahan dapat mencari beasiswa, yang seringkali mensyaratkan adanya pengalaman kerja selama beberapa tahun. Jika Anda termasuk kelompok yang beruntung ini, yang terpenting adalah pembagian waktu yang baik agar seimbang antara perkuliahan dan pekerjaan. Namun pilihan ini juga memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit, misalnya waktu istirahat yang berkurang. Ada juga beberapa yang terpaksa memilih salah satunya, karena ada saja kendala yang menghadang. Seperti jadwal kantor yang tidak fleksibel untuk disesuaikan dengan jadwal perkuliahan, lokasi yang berjauhan antara kantor dan kampus, kemacetan di jalan, dan sebagainya.
Sementara itu, tidak peduli berapa lama yang dihabiskan seseorang untuk duduk di bangku kuliah, apakah lulusan S1 atau langsung melanjutkan S2, setiap orang seringkali akan mengalami culture shock saat pertama kali memasuki dunia kerja. Semasa kuliah, seseorang diwajibkan untuk rutin masuk kelas sesuai jadwal dengan aktivitas sehari-hari berupa belajar dan mengerjakan tugas. Jika berhasil memperoleh nilai tinggi, maka Anda tergolong mahasiswa yang pandai. Namun di dunia kerja, Anda nantinya akan dituntut untuk pandai menghadapi masalah. Mahasiswa yang memiliki nilai akademis baik, belum tentu akan mampu menyelesaikan kendala yang dihadapi di dunia kerja dengan efektif. Oleh karena itu, adanya pengalaman kerja diperlukan untuk mengasah keterampilan-keterampilan tersebut, yang nantinya berguna juga dalam kehidupan sehari-hari.

Jika Melanjutkan S2
Memiliki gelar S2 ada banyak untungnya. Pemahaman Anda akan suatu disiplin ilmu akan dapat semakin dalam. Dalam perkuliahan, akan ada banyak pembahasan kasus-kasus yang banyak terjadi di suatu organisasi. Kesempatan untuk mengembangkan karir juga semakin luas. Dengan kata lain, prospek karir di masa depan yang lebih cerah. Jabatan Anda sebagai seorang lulusan S2 juga tentu akan lebih baik ketimbang mereka yang lulusan S1. Selanjutnya, hal ini berdampak juga ke kompensasi (baca: gaji) yang lebih tinggi.
Dalam membuat keputusan untuk melanjutkan S2, pilihannya adalah sekarang atau nanti. Ada yang ingin memperoleh pengalaman kerja dulu selama beberapa tahun, ada juga yang ingin langsung kuliah S2 karena masih semangat belajar dan khawatir akan malas untuk kembali kuliah jika telah asyik bekerja. Jika pertimbangan Anda untuk langsung melanjutkan S2 adalah lebih baik sekarang daripada nanti, maka ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan sebelum memutuskan untuk langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 selepas meraih gelar sarjana.
Teman-teman kuliah S2 mayoritas sudah bekerja. Ada yang bekerja sebagai karyawan, akademisi, pengusaha, dan sebagainya. Dengan ini, Anda dapat belajar dari pengalaman-pengalaman mereka. Posisi Anda juga relatif sama dengan mereka. Sama-sama mahasiswa dan tidak ada senioritas. Variasi usia menjadi lebih setara. Semuanya sama-sama harus mengikuti peraturan perkuliahan dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen. Jadi, Anda akan dapat lebih leluasa dan meminimalkan perasaan sungkan ketika berdiskusi dengan mereka. Hal ini juga dapat melatih keterampilan Anda untuk berkomunikasi dengan berbagai tipe orang.
Di sisi lain, pengetahuan Anda dapat saja dipandang masih bersifat teoretis, sedangkan teman-teman yang sudah bekerja pengetahuannya bersifat lebih praktis dan aplikatif di dunia kerja. Misalnya, ketika dosen sedang menjelaskan suatu materi, pola pikir Anda akan suatu kasus lebih ke apa yang seharusnya menurut teori. Sedangkan mereka yang sudah pernah terjun langsung ke dunia kerja, pemaknaannya dapat lebih kaya dan luas.
Anda juga harus mempersiapkan diri untuk menyisihkan waktu sekitar dua tahun untuk tidak bekerja (jika Anda tidak mengambil opsi kerja magang atau part time). Anda akan lebih lambat meniti jenjang karir dibanding teman-teman Anda yang sudah bekerja. Sementara itu di Indonesia, yang dihargai tetaplah pengalaman kerja. Anda yang sudah lulus S2 namun masih belum memilliki pengalaman kerja, tetap dipandang sebagai seorang fresh graduate.
Jika Anda ingin berkecimpung di bidang professional seperti Psikolog, Akuntan, Notaris, dan sebagainya, memang profesi ini mensyaratkan pendidikan S2 agar Anda dapat memperoleh ijin praktek yang dibutuhkan. Namun tetap saja bidang ini juga membutuhkan pengalaman kerja agar Anda lebih paham tentang materi perkuliahan. Sebagai solusi, Anda dapat kuliah S2 sambil kerja. Anda dapat kerja part time atau memilih kuliah di malam hari, agar kuliah S2 dan kerja tetap dapat berjalan.
Demikian pula jika Anda ingin bekerja di bidang akademisi, maka persyaratan pendidikan S2 juga harus Anda penuhi. Khusus bidang ini, semakin cepat lulus S2 sesungguhnya lebih baik, agar Anda dapat lebih cepat mengajar. Namun sebaiknya Anda juga sambil mengasah keterampilan presentasi dan mengajar. Disela-sela waktu kuliah S2, Anda dapat mendaftarkan diri untuk menjadi asisten dosen.

Tips
Untuk memilih jurusan S2 yang cocok, sebaiknya pertimbangkan minat karir, terutama passion Anda. Tidak ada yang mudah untuk mengembangkan karir. Anda perlu mengambil tanggung jawab atas karir Anda dan menyelaraskannya dengan kekuatan Anda dan pilihan karir yang ada. Eksplorasi diri Anda secara mendalam,  akan kemana Anda setelah lulus nanti?  Mau mengerjakan apa? Apa kerja dibidang tersebut bisa membuat Anda bahagia? Mungkinkah Anda mendapatkan pekerjaan terkait dengan hal yang bisa membuat Anda bahagia  tersebut? Pertimbangkan juga kepribadian Anda.  Lebih cocok bekerja sebagai orang yang dikenal karena profesi tertentu (misal, penerjemah) atau pekerja kantoran atau entrepreneurship? Jika Anda sudah jelas ingin memilih pekerjaan apa, baru pertimbangkan jurusan S2 yang akan Anda ambil.  Jika belum yakin juga, cobalah cari tahu minat karir Anda dengan melakukan assessment atau berkonsultasi dengan career coach untuk mengarahkan Anda dalam membuat pilihan-pilihan.

Penulis: Dian KartikasariS
Sumber: http://www.binuscareer.com/Article.aspx?id=NX1Q6uSaz%2FEdmZPpAJqp4g%3D%3D