Banyak kabar yang berkata bahwa pada penderita myopia (rabun jauh)
penggunaan kacamata minus justru merusak mata, atau setidaknya membuat
mata menjadi lebih minus lagi. Yah, inilah yang kadang saya dengar – dan kadang juga dipertanyakan pada saya. Lalu apakah itu benar?
Singkat kata, “Tidak!” – tapi jika dengan setelah menggunakan
kacamata minus, dan pandangan pasien makin makin kabur, dan minusnya
bertambah – maka “Ya, itu mungkin terjadi”, tapi tentu saja bukan karena
kacamatanya.
Pertama-tama, silakan baca tulisan saya tentang “Rabun Jauh”
sebelumnya. Miopia tidak disembuhkan dengan kacamata minus, itu adalah
hal pertama yang mesti dipahami, jadi kacamata bukanlah alat terapi. Dan
miopia bisa menjadi kondisi yang progresif, terutama tipe aksialis,
jadi saat ini minus 0,5 maka setahun lagi bisa menjadi minus 0,75 dan
setahun kemudian menjadi minus 1,00. Tentu saja ini bukan karena
kacamata, tanpa kacamata-pun minusnya akan bertambah terus, karena aksis
bola matanya memanjang sementara daya refraksi tetap.
Jadi (misalnya) pada tahun ini bayangan jatuh 1,5 mm di depan retina
saat melihat benda jauh, maka tahun depan akan jatuh pada jarak 2,0 mm
di depan retina. Kenapa, karena retina mundur ke belakang (aksis
memanjang) mengikuti pemanjangan bola mata. Tentu saja ini tidak
berkaitan dengan kacamata.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Teori terkuat tentang hal ini karena
faktor genetis. Jika saya tidak salah ingat (malas buka buku), Indonesia
termasuk daerah di mana penduduknya mengalami kelainan refraksi dalam
angka tinggi. Anak yang lahir dari kedua orang tua tanpa kelainan
refraksi (dalam hal ini miopia) masih memiliki kemungkinan 20% untuk
menderita kelainan refraksi pada masa kehidupannya; dari salah satu
orang tua dengan kelainan refraksi maka kemungkinannya naik menjadi 40%,
jika kedua orang tua memiliki kelainan refraksi maka kemungkinannya
akan menjadi 80%. Jadi jika kedua orang tua menderita rabun jauh, maka
ada kemungkinan besar anaknya juga menderita rabun jauh – tapi tentu ini
tidak pasti. Itulah yang dimaksud genetis (mengingat hukum Mandel saat
pelajaran Biologi di SMP/SMA).
Lalu kenapa dikatakan kacamata biang keladinya? Tentu saja, karena
penderita miopia hidup normal, makan biasa, istirahat cukup, sehat, tapi
satu-satunya intervensi yang ia gunakan adalah kacamata dan tiba-tiba
minusnya bertambah saat periksa. Siapa lagi yang akan kena getahnya
coba?
Mereka berkata kacamata tidak menolong memperbaiki keadaan matanya.
Nah, bukankah sudah disampaikan bahwa kacamata memang tidak memperbaiki
kondisi miopia, namun sebagai media bantu refraksi, sehingga bisa
melihat (diusahakan) seperti pada mata normal (emetrop).
Ada satu masalah yang sering terlupakan oleh penderita miopia. Yaitu
kapan menggunakan kacamatanya. Saat berkendara atau kuliah misalnya,
kacamata pasti digunakan karena jika tidak akan sulit melihat jauh ke
depan. Tapi ketika membaca dekat, mengetik di komputer, biasanya orang
dengan miopia akan melepas kacamatanya. Mengapa? Karena pasti rasanya
mata jadi cepat perih dan lelah.
Begini ceritanya, ketika melihat jauh, mata tidak berakomodasi, mata
normal akan bisa melihat jelas karena fokus bayangan jatuh tepat di
retina. Tapi pada miopia, fokus berada di depan retina dan bayangan yang
jatuh di retina menjadi kabur (tidak fokus). Dengan memasangkan
kacamata minus, fokus bayangan dimundurkan sedemikian hingga tepat jatuh
pada retina dan membentuk bayangan yang jelas.
Jadi penderita miopia akan melihat jauh dengan jelas. Tapi begitu ia
melihat dekat saat menggunakan kacamatanya, apa yang terjadi? Fokus
bayangan akan jatuh di belakang retina (mundur lagi), sehingga untuk
memajukan kembali fokus agar tepat jatuh di retina, maka matanya
melakukan akomodasi – mencembungkan lensa – yang memerlukan kerja
otot-otot lensa mata. Bagi penderita miopia ini tidak nyaman, karena –
ya seperti kerja otot lainnya – mata menjadi lelah dan perih.
Kemudian penderita miopia melepas kacamatanya, dan viola! pandangan
matanya menjadi ringan. Karena bayangan membaca dekat tanpa kacamata
minus, fokusnya akan tepat jatuh di retina. Sehingga terasanya nyaman
tanpa perlu akomodasi, mata tidak lelah membaca dekat. Sesungguhnya ini
seperti apa yang dirasakan mata normal saat memandang jauh (misal
memandang pantai lepas).
Karena kenyamanan ini, penderita miopia bisa tahan membaca selama
berjam-jam dan berada di depan monitor televisi maupun komputer
berlama-lama. Bahkan orang tua pun kadang heran, anaknya malah betah
lama-lama menonton televisi padahal matanya sudah minus – ya, karena
bagi mereka tidak ada rasa lelah, bagaimana bisa lelah, otot
akomodasinya istirahat semua.
Tapi tunggu dulu. Justru mata akan menjadi jarang terlatih untuk
berakomodasi. Inilah penyebab orang miopia cenderung menderita gangguan
akomodasi relatif di kemudian hari, karena otot-otot mata sangat jarang
dilatih. Apa yang bisa terjadi? Ya, sebutan untuk mata yang sudah tidak
dapat berakomodasi adalah presbiopia, atau mata tua. Memang semua orang
akan mengalami presbiopia di kemudian hari, sama seperti otot-otot lain
yang menurun fungsinya saat hari tua. Tapi pada penderita miopia yang
tidak sering melatih akomodasinya, hal ini (presbiopia) bisa datang
lebih awal.
Karena itulah, gunakan selalu kacamata minusnya pun ketika membaca
atau mengetik di komputer. Memang mata akan terasa perih atau lelah.
Tapi itu adalah tanda wajar dari mata yang lelah, artinya mata anda
perlu istirahat, bukan terus-terusan di depan komputer atau di depan
novel.
Hingga saat ini, setahu saya tidak ada cara untuk mencegah miopia,
dan kacamata adalah salah satu cara untuk membantu mereka yang terkena
miopia. Tapi saya mesti akui, saat ini ada kontroversi yang sedang
terjadi.
Apa Anda pernah dengar tentang pinhole glasses? Atau disebut
sebagai kacamata terapi untuk mata minus? Itu lho, kacamata yang
seringkali warna hitam dengan banyak lubang-lubang kecil seperti lubang
jarum. Konon itu bisa membantu menyembuhkan kondisi mata minus, apa itu
benar?
Secara medis setahu saya, pinhole glasses tidak menyembuhkan mata minus. Tapi kenapa ini sangat digemari, padahal hanya ‘konon’ bisa menyembuhkan mata minus.
Saya tidak tahu pasti dari mana ide berasal, tapi ada seseorang yang bernama Donald S. Rehm yang mengawali ide “myiopia prevention”.
Ia bahkan menerbitkan sebuah buku berjudul, “Myopia Myth” – mitos-mitos
seputar miopia. Saya sendiri tidak membaca bukunya, tapi dari resensi
yang ditampilkan di Wikibin.ORG, dalam buku itu Rehm menolak keras teori
para ilmuwan yang menyatakan bahwa miopia adalah suatu kondisi yang
diwariskan (genetis), melainkan merupakan sesuatu yang didapat
(acquired) – oleh karena itu ia berpendapat bahwa myopia bisa dicegah.
Mungkin idenya sama dengan jika kita bisa mendapatkan flu, maka kita
bisa mencegahnya. Tampaknya juga presiden dari “International Myopia Prevention Association”
juga ‘menyalahkan’ dokter yang meresepkan kacamata dan berkonspirasi
hanya untuk mencari keuntungan dari penjualan kacamata bagi pasien
mereka, dan justru kacamata merusak semakin merusak mata mereka. Mungkin
begitulah yang tertulis di situs mereka myopia.org. Dan tentu akan
membuat orang yang membaca syok, dan mulai bertanya-tanya atau
menyalahkan dokter mereka.
Saya sendiri terperangah membacanya, tapi karena saya belajar
berdasarkan bukti dan dasar ilmu pengetahuan kedokteran. Tentu saja saya
menyadari betapa konyolnya hal ini – bukan konyol pada teori pencegahan
myopia-nya, namun pada ide tentang konspirasi semua dokter. Semua
dokter di seluruh dunia belajar tentang kacamata untuk mengatasi
gangguan refraksi, bahkan walau dia dokter ahli kandungan atau dokter
ahli jiwa sekalipun – dan kemudian orang percaya bahwa semua dokter di
dunia telah menipunya dengan menyarankan menggunakan kacamata yang
justru merusak, hanya agar para dokter dapat komisi? Jika Anda percaya
semua dokter sedang membuat konspirasi besar untuk meraup keuntungan
dari diri anda dengan meresepkan kacamata bisa jadi Anda mengidap
paranoid, dan lebih memerlukan psikiater daripada dokter mata, haha. Tapi ya, saya ingin bertanya pada Anda, apakah Anda
termasuk orang yang percaya pada hal ini?
Dan tentu saja sebagai ganti kacamata, Rehm menyarankan menggunakan pinhole glasses.
Ini pun kontroversional, karena tidak terbukti secara klinis membantu
perbaikan mata. Tapi justru menjadi laris di mana-mana, mungkin karena
dikatakan bisa memperbaiki myopia yang tidak bisa dilakukan kacamata
dokter.
Dokter juga menggunakan pinhole glasses tentu saja, tapi
tidak untuk terapi, melainkan untuk menguji ada atau tidaknya kelainan
refraksi. Dan jika terdapat kelainan refraksi, maka alternatif terapi
atau intervensi medis dan risikonya masing-masing akan dijelaskan pada
pasien, dan tergantung pasien akan memilih yang mana. Tidak menerima
terapi pun adalah hak pasien.
Perlu diketahui bahwa kacamata dan pinhole glasses memiliki
efek kerja yang sama, yaitu mendekatkan fokus ke retina. Hanya saja
kacamata melakukannya melalui sistem refraksi (sebagaimana media
refraksi mata bekerja), sedangkan pinhole glasses melalui
pengecilan sumber cahaya, sehingga hanya cahaya dari sumber/objek yang
masuk ke mata dalam garis lurus. Tapi jika untuk membaca pinhole glasses
akan mengurangi kontras yang dihasilkan, sehingga mungkin tidak nyaman
bagi beberapa orang, dan tentu saja berbahaya jika digunakan sebagai sunglasses
karena sinar UV bisa masuk langsung ke mata melalui celahnya. Dan juga
berbahaya digunakan saat mengendarai, bayangkan saja Anda menyetir mobil
sambil mengintip.
Karena itu kacamata masih merupakan alternatif yang (lebih) baik bagi
penderita miopia. Kacamata bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau
bagi pelbagai kalangan masyarakat, dan Anda tidak harus ke dokter untuk
mendapatkan kacamata yang sesuai dengan kebutuhan anda. Dan ingat
selalu, penderita miopia sebaiknya selalu mengenakan kacamatanya, baik
untuk melihat jauh atau pun untuk melihat dekat, jangan biarkan mata
anda menjadi malas dan tidak terlatih.
Kecuali jika memang ingin mencoba alternatif di luar dunia kedokteran. Ya, Anda berhak mencoba pinhole glasses yang nge-trend
itu, tapi tentu saja kemungkinan besar Anda tidak akan mendapatkannya
dari dokter, tapi dari toko-toko barang-barang penemuan, atau penjualan online – dan siapa tahu ternyata Anda terbantu dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar